Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering di NTT
Nusa Tenggara Timur merupakan daerah beriklim tropis
yang memiliki lahan kering yang cukup luas. Lahan kering dapat didefinisikan sebagai
hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Sebagian besar lahan kering yang terdapat
di Nusa Tenggara Timur merupakan lahan kering beriklim kering. Umumnya lahan
kering berikllim kering memiliki C-organik tanah yang rendah, pH yang tinggi,
dan kekurangan unsur hara yang terkandung dalam tanah. Sebagian luasan lahan kering yang terdapat di Nusa Tenggara Timur ternyata belum
diusahakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena adanya faktor pembatas
seperti lereng yang sangat curam, solum tanah yang dangkal dan berbatu, atau
termasuk dalam kawasan hutan.
Masalah yang terdapat pada lahan
kering yaitu kesuburan tanah dan ketersedian air.
1. Kesuburan tanah
Lahan kering umumnya memiliki tingkat
kesuburan tanah yang rendah terutama pada tanah yang mengalami erosi sehingga
mengakibatkan penipisan lapisan olah tanah dan rendahnya kandungan bahan
organik.
2.
Ketersediaan air
Keterbatasan ketersedian air pada
lahan kering sehingga mengakibatkan kegiatan usaha tani tidak dapat dilakukan
sepanjang tahun. Hal ini disebabkan karena distribusi dan pola hujan yang
fluktuatif.
Untuk menanggulangi masalah yang
terdapat pada lahan kering dan mengoptimalisasi penggunaan lahan kering untuk
kegiatan usaha tani maka perlu dilakukan tindakan konservasi tanah dan air.
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah merupakan suatu pemanfaatan suatu bidang tanah yang sesuai dengan kemampuan tanah agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi air merupakan upaya penggunaan air yang jatuh ke tanah pertanian dengan seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran air ke dalam tanah agar pada musim hujan tidak terjadi banjir dan saat musim kemarau air untuk kebutuhan pertanian masih tersedia. Tujuan dilakukannya konservasi tanah dan air adalah mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak, meningkatkan produktivitas tanah, dan menjamin ketersedian air. Metode yang digunakan dalam konservasi tanah dan air terdiri dari metede mekanik, metode vegetaif, dan metode kimia.
1. Metode mekanik
Metode makanik merupakan perlakuan
fisik yang diberikan pada tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran
permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemapuan penggunaan tanah. Metode
mekanik dapat dilakukan dengan pembuatan guludan tanah yang sejajar dengan
garis kontur tanah, pembuatan terasering
atau sengkedan, melakukan pengolahan tanah, pembuatan cek dam, waduk atau
rorak, perbaikan drainase, serta pembuatan sumur dan lubang serapan.
2. Metode vegetaif
Metode vegetatif merupakan metode
yang menggunakan bagian-bagian tanaman untuk mengurangi daya tumbuk butir air
hujan yang jatuh sehingga, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan.
Metode vegetatif dapat juga diartikan sebagai upaya rehabilitasi lahan dengan
menanam jenis tanaman pohon atau tanaman lainnya untuk menjaga penutupan tanah
sehingga dapat mengikat butir tanah secara lebih kuat. Metode vegetatif dapat
dilakukan dengan cara membuat pertanaman lorong, pemberian mulsa menggunakan
sisa-sisa tanaman, menerapkan pola pergiliran tanaman dan menerapkan sistem
silvopastura.
3. Metode kimia
Metode kimia dalam konservasi tanah
dan air merupakan usaha pencegahan terhadap erosi dengan memanfaatkan bahan
pemantap tanah atau Soil conditioner sehingga
struktur tanah dapat diperbaiki dan menjadi tahan terhadap erosi.
Selain melakukan tindakan konservasi
tanah dan air, perlu juga dilakukan tindakan pengelolaan kesuburan tanah
seperti pemberian kapur, pemupukan yang berimbang dan penambahan bahan organik
pada tanah. Pengaplikasian pupuk kimia sebaiknya dilakukan secara tepat dan
sesuai agar dapat meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Pemilihan jenis tanaman juga perlu
dilakukan mengingat tidak semua tanaman mampu tumbuh pada lahan kering yang
beriklim kering.
Komentar
Posting Komentar